Ditulis oleh : Andrew Martin (editor onenesspublishing dan penulis buku “One ~ A
Survival Guide for the Future…”).
Interpretasi
oleh : Ricardo Marlianno (Indigo Community).
1. Melepaskan kreatifitas
“Beberapa dari kita berpikir bertahan membuat kita kuat, tapi terkadang melepas.” -Herman Hesse
Sebagian
besar hidup kita telah dipengaruhi oleh banyak orang, seperti masyarakat, pemerintah
maupun media. Sebelum kita dapat merasakan persatuan, kita harus berdamai dengan
persyaratan serta kondisi untuk mencapai titik ini. Dengan melihat jauh di
dalam dan refleksi diri yang tenang, kita dapat mengidentifikasi keterikatan,
dan gangguan yang menempel pada kita. Setelah diidentifikasi, kita harus sadar
bahwa dalam kondisi ini, semua isi kepala dan perasaan lah yang menciptakan
pemikiran kita. Dengan melihat diri sebagai makhluk yang mandiri serta makhluk
yang diberdayakan, kita dapat melepaskan
kreatifitas untuk membuat perubahan positif. Cara kita memilih untuk memproses
informasi dan bagaimana kita memandang diri kita sendiri adalah realita yang
tercipta oleh kita. Kita bisa memilih untuk melepaskan dan memaafkan atau kita
dapat memilih untuk memegang kebencian, kemarahan dan frustrasi. Kita juga
dapat memilih untuk memegang asumsi-asumsi lama atau kita bisa bergerak ke arah
realita baru. Pada akhirnya kita adalah orang-orang yang harus memilih. Kita
harus hidup dengan segala konsekuensinya. Dengan bermeditasi kita dapat
mempelajari lebih dalam alam sadar dan dapat mengungkap kebenaran yang ada,
hingga membuat kita terbangun. Saatnya untuk “melepaskan” sehingga kita dapat
bergerak maju, kalau tidak kita akan tetap bertahan pada ideologi tak produktif
dan ketinggalan jaman.
2. Memilih
potensi murni ketimbang menyesuaikan keadaan.
“Dia yang telah merasakan kesatuan akan melihat dirinya sendiri dalam semua makhluk, dan semua makhluk dalam dirinya, dan melihat segala sesuatu dengan mata yang tidak memihak.” -Buddha
Hanya mereka yang sadar
dapat melihat semuanya bergerak secara harmonis dalam kesadaran yang bersatu.
Dengan mengamati, memahami dan membawa kesadaran untuk diri kita sendiri kita
bisa mengidentifikasi dengan persatuan yang ada. Keadaan memberitahu bahwa kita
perlu untuk maju baik sebagai bangsa, sebagai individu dan juga sebagai
komunitas. Keadaan yang dimaksud berdasar dengan rasa memiliki dan rasa untuk
mencapai suatu tujuan. Perlu ditekankan kembali bahwa hal ini bukan bertujuan
untuk mencapai pencerahan spiritual dalam persatuan. Tidak ada di media-media mainstream
maupun kebijakan pemerintah perihal pengembangan potensi murni. Bangun memang
sulit. Lebih enak untuk tetap berada di tempat tidur ketika hujan di luar.
Beberapa dari kita memilih untuk menjalankan cara yang mudah dan ada beberapa
yang memilih untuk berjalan keluar dari jalur yang ada untuk menjalani
kehidupan yang lebih cerah. Banyak juga yang telah dijauhi dan diejek hanya
karena hidup sesuai dengan hukum alam. Sangat mudah untuk tergoda oleh tatanan
sudah ada yang menawarkan hidup mudah, mewah dan nyaman. Tampaknya terlalu
sulit untuk menjadi non-konformis dan hidup bertentangan dengan apa yang telah
dibesarkan kepada kita.
3. Berbagi -
Kekuatan semesta.
"Alasan mengapa dunia kekurangan rasa persatuan, dan menumpuknya kerusakan, karena manusia terpecah belah dengan dirinya sendiri." - Ralph Waldo Emerson.
Kita tersesat di gurun
tanpa makanan atau air, sedang diambang kematian. Tiba-tiba entah dari mana ada
seseorang menemukan kita. Penyelamat kita berbagi air dan makanan mereka dengan
kami. Kita bertahan sekedar untuk menceritakan cobaan yang telah dialami. Kita
sekarang dapat melihat jalan keluar. Berbagi pengalaman ibarat memberikan
makanan pada orang yang kelaparan. Dengan berbagi kebenaran mengenai persatuan
dapat membawa manusia keluar dari rasa haus dan lapar, menuju ke sesuatu baru
yang kekal dan potensial. Hal ini memungkinkan kita untuk memasuki kekuatan
kolektif kesadaran semesta, memberikan kita kekuatan luar biasa untuk terhubung
dan berbagi kesadaran. Rasa kesatuan itu saling menguntungkan melalui berbagi
pengetahuan, kebijaksanaan dan pengalaman. Hanya dengan berbagi pengalaman
kepada orang lain dan mengembangkan kebijaksanaan dari tingkat “kesadaran yang
lebih tinggi” kita dapat berbagi kebenaran/kenyataan yang ada. Dengan terbuka terhadap
semuanya memungkinkan kita untuk berbagi, untuk mencapai kehidupan yang
harmonis dan tercerahkan. Jika kita hidup dengan belas kasih, pengampunan,
kemurahan hati, kebaikan, cinta, dan pengertian maka kita akan menjalani
kehidupan layaknya guru besar telah ajarkan. Dengan menempatkan diri sebagai
sepatu tetangga, kita akan mengerti bagaimana rasanya menjadi tetangga kita.
Kesatuan yang ada di seluruh semesta adalah konstanta yang menghubungkan semua.
4. Kelimpahan – Ketuk lah, maka akan terbuka bagimu.
"Diri sejati tidak
lah sebatas pada dunia ini atau bahkan alam semesta. Ia tidak memiliki batas,
tidak ada posisi tetap, tidak ada bentuk, tidak tampak, tidak ada batas, tidak
ada batas waktu. Benar-benar di luar pengetahuan atau tidak tahu sama sekali,
ada atau tak ada - benar-benar melampaui segala bentuk diskriminasi. Itulah
yang harus kita sadari. Bentuk yang tak berbentuk ini tidak lain adalah
nyatanya bentuk, nyatanya tubuh ini, dan nyatanya kehidupan! " - Dennis
Genpo Merzel
Rasa
kesatuan tahu bahwa kesatuan dan
kelimpahan itu ada di mana-mana itu. Seperti Yesus pernah berkata "Carilah
maka kamu akan menemukan, ketuk lah maka akan terbuka bagimu". Kita telah
lama menunggu untuk perbaikan yang cepat, obat mujarab, serta obat penangkal.
Kita ingin mencari saklar yang tertulis “pencerahan ada di sini”. Seiring waktu
kita telah diingatkan oleh “guru besar” dengan ejaan bagi semua makhluk agar
mereka dapat melihat. Kelimpahan dan pencerahan ada dalam cara kita mengolah
pikiran dan bagaimana kita bertindak berdasarkan pikiran-pikiran yang ada.
Bukan seperti rasa ketika memiliki suatu benda, rasa memiliki hanyalah
kepemilikan. Siapapun dapat memiliki suatu benda, sedangkan merasakan
kelimpahan adalah seperti berada sebuah
dunia yang sama sekali berbeda. Ini adalah langkah besar menuju pencerahan.
Kelimpahan adalah bagaimana kita melihat realita kita, kehidupan dan bagaimana
kreatifitas kita. Jika kita bisa memikirkan sesuatu, maka kita bisa
menjalankannya. Setelah kita tersadar bahwa hidup adalah lebih dari apa yang
kita lihat di dunia ilusi ini maka kita dapat bergerak maju. Realita palsu
seperti materialisme, kesuksesan,
persaingan dan hal-hal sepele lainnya dapat menahan kita dari kebangkitan.
Hanya dengan melihat lebih dalam kita akan menemukan kelimpahan sejati.
5. Menjadi
sosok “Tanpa Syarat” di setiap hal yang dilakukan.
Dalam
segala hal yang kita lakukan, kita lakukan tanpa syarat. Jika melakukan sesuatu
dengan syarat, berarti kita tidak mencintai dan mendukung apapun yang didapat
oleh pribadi kita. Dengan melakukan segala sesuatu tanpa syarat berarti kita
adalah satu, kita lakukan hanya untuk cinta. Melalui cinta dan kasih sayang
kepada orang lain kita dapat membantu semua dalam pengembangan kesadaran rasa
kesatuan. Kita semua adalah satu, selalu terhubung, tak terbatas, di mana-mana
dan dalam segala hal...
Sumber :
Collective Evolution -
http://www.collective-evolution.com/2014/12/01/5-steps-to-unifying-changing-our-world/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar